Generasi Emas MAN Lubuk Pakam

Kiri Pak Suyit (Guru Pamong), Tengah Ajeng (Rekan PPL), Kanan Firdaus

Banyak hal yang aku temukan selama menjalani PPLT di MAN Lubuk Pakam. Salah satunya “Generasi Emas”. Aku pikir julukan itu tidak berlebihan, sebab mereka memang pantas menyandangnya. Sebenarnya, kelas yang aku beri julukan ‘Generasi Emas’ bukanlah kelas yang dipertanggungjawabkan kepadaku. Kelas itu ada dibawah kendali teman. Hanya beberapa kali aku masuk kelas tersebut. Aku masuk ke kelas tersebut sebab terkadang kawanku itu sedang ada urusan. Maka, akulah yang menggantikan tugasnya. Namun, kesan yang terbentuk diantara kami sungguh luar biasa.

Generasi Emas itu kelas X – MIA1

Beberapa alasan mengapa aku menyematkan “Generasi Emas” untuk X – MIA1
1.    Kritis
Kelas X – MIA1 salah satu kelas paling kritis. Karena terlalu kritis, acapkali kadang forum kelas terlalu serius. Jadi kalau ada salah satu siswa yang bertanya tiga kali berturut-turut, maka tak jarang aku ledekin, “kepo kamu ya!” alhamdulillah, suasana kembali santai. Namun bukan berarti mengabaikan pertanyaan siswa tadi. Setelah itu ada pula salah seorang siswa yang membalas, “ish, bapak ini alay ternyata.” (Dan akupun geli sendiri mendengarnya. Haha)
Karena terlalu kritis. Jika aku hendak masuk ke kelas ini, malamnya harus benar-benar menyiapkan materi. Memperkirakan pertanyaan apa yang akan muncul besok. Seperti pertanyaan Fadhlan terkait struktur molekul CH4. Kenapa strukturnya seperti itu, Pak? Kenapa tidak seperti ini? Kenapa atom H kesemuanya berikatan ke atom C. Kenapa atom H tidak saling berikatan? Itu contoh sederhana pertanyaan #kepo mereka.
2.    Peduli dan Kompak
Kebersamaan mereka belum lama, sekitar 4 bulan. Rata-rata kelas X - MIA1 alumni MTs. Negeri Lubuk Pakam. Walau ada beberapa yang alumni SMP Negeri. Namun, aku yakin bukan karena itu mereka memiliki kekompakan dan rasa peduli yang tinggi. Kekompakan dan Kepedulian yang mereka bangun lahir dari penekanan sifat egois pada masing-masing siswa. Peduli di sini bukan pada konteks membagi makan siangnya dengan teman yang tidak membawa makanan atau makan siang bersama. Walaupun kegiatan itu sudah mereka lakukan. Ya, biasanya mereka membentuk beberapa kelompok, ada yang makan di teras kelas, membentuk lingkaran dan saling membagi makanannya. Biasanya yang makan di teras itu Si Helmi, Fajar dan beberapa siswa perempuan yang aku lupa entah siapa nama mereka. *Piss
Peduli yang aku maksud yaitu peduli akan pemahaman temannya. Saat aku memberikan tugas latihan. Mereka tidak ada yang jalan sana-sini mencari contekan. Mereka hanya diskusi dengan teman sebangku. Memecahkan soal yang aku beri. Dan ketika ada meja, yang kedua siswa di meja itu tidak paham. Maka, ia tak malu untuk meminta ajari ke meja lain yang sudah selesai mengerjakan tugas. Dan terjadilah diskusi antar siswa. Hal tersebut terjadi secara alami. Sungguh luar biasa. Padahal kalau di beberapa kelas yang aku masuki, beberapa siswa yang cerdas, acapkali meninggalkan kawannya. Ia selesaikan tugas yang diberikan guru. Ia kumpulkan tugas tersebut. Dan kawan-kawnanya yang lain akan mengerubunginya. Dan salahnya, ia tidak mengajarkannya, tapi memberikan contekan secara cuma-cuma. Ia mendzolimi kawannya sendiri. Dan di kelas X - MIA1 tidak aku temukan sikap seperti itu. Kalian luar biasa! Pertahankan!
3.    Humoris
Aku sering mendengar bahwa orang-orang cerdas itu memiliki jiwa humoris yang tinggi. Nah, kelas X - MIA1 memiliki jiwa itu. Siswa yang paling humoris itu Si Hilmi, apalagi kalau udah gabung dengan Si Fajar. Serasa mereka lah bintangnya di kelas itu. Seluruh perhatian terpusat ke arah mereka. Oh iya, adalagi manusia lucu dari kaum siswinya. Aku lupa entah siapa namanya, wkwk. Dia duduk di bangku paling depan, dekat pintu masuk. Asik ketawa aja. Haha.
Masih banyak lagi alasan-alasan lain mengapa aku menyebut mereka ‘Generasi Emas’. Namun, kalau aku menuliskan keseluruhannya, aku takut engkau menganggapnya lebay bin alay, wkwk. Atau, engkau akan menghentikan bacaanmu sampai kata 'ini', sebab apa yang sudah aku paparkan terkesan mengada-ada. Padahal itu nyata. Jika tidak percaya, tokoh generasi emas itu masih ada dan in syaa allah masih bernafas juga. Kalau penasaran, silahkan langsung ke TKP. Dan bersiaplah tersepona, haha.
Dan keluarbiasaan kelas itu tak luput dari kepemimpinan seorang siswa bernama Darma.

Pesan untuk X - MIA1
Tetap jaga kekompakan, tingkatkan kepedulian plus lawakan. Ingat, belajar itu bukan dilihat dari banyaknya waktu yang digunakan untuk belajar. Tapi, belajar itu dilihat dari seberapa banyak yang mampu kamu pahami, kamu amalkan ilmu itu, dan seberapa banyak bermanfaat ilmu kamu bagi diri sendiri dan orang sekitar. *Malah ceramah, wkwk.
Kesan untuk X - MIA1
Aku pernah melihat siswi yang tidak paham dengan materi. Sebab minggu lalu ia tidak masuk. Ketika ia bertanya, aku cuek, sambil berkata, “tanya ke kawan yang lain, salah sendiri kenapa gak datang.” Padahal itu bercanda. Dan iapun menangis. Suwer, aku gak nyangka kalau dia bakalan nangis. Jadi salah tingkah dan gak konsen ngajar. Tapi setelah agak-agak nguping pembicaraan dia dengan kawannya, dia memang gitu, kalau gak paham suka nangis sendiri kalau gak ada yang memahamkan atau mengajarinya. Salut! Tapi kalau bisa gak usah pakek nangis ya. Hehe.
Terakhir,
“Kita tidak pernah merencanakan sebuah pertemuan. Yang bisa kita rencanakan hanya moment perpisahan setelah pertemuan. Terima kasih untuk semuanya. Saya belajar banyak dari kelas kalian. Harapan saya, akan ada lagi pertemuan-pertemuan yang kita sendiri tidak merencanakannya, seperti pertemuan awal kita. Dan harapan saya pula, perpisahan kemarin tidak menjadi alasan untuk merenggangkan silaturahim. Namun, jadikan perpisahan kemarin sebagai perekat ikatan diantara kita. Karena saya yakin, moment perpisahan kemarin akan memperkuat ikatan diantara kita. Sebab ada kata ‘RINDU’ di sana. Terima kasih.”
Salam dari Papi Uus. (Entah kenapa lah kelas ini memanggil awaq dengan sebutan “Papi Uus” berasa udah kayak bapak-bapak aja awaq. Haha. Entah ini benar atau salah, mereka memanggil dengan sebutan itu sebab ada siswi yang namanya sama dengan nama saya ‘Firdaus’ dan kebetulan kerennya bapak dia sama dengan kekerenan awaq *Piss. Dan parahnya, aku lupa siapa nama siswi yang nama bapaknya sama dengan nama awaq. *Piss. Ingat kok, nama siswi itu Nisa, kawan-kawannya biasa manggil dia ‘Nenek’. Semoga gak salah nama. Haha.)

Nb. Untuk nama yang tidak tertulis, tidak ada unsur kesengajaan atau sejenisnya. Ini murni atas ketidakingatan saya dengan nama kalian. Wkwkwk. Walaupun beberapa nama kalian hanya terdiri dari tiga huruf, contohnya I-R-A. Haha.

Kesan yang tertinggal, pas masuk di kelas ini pernah mengajarkan materi Bilangan Kuantum. Ini anak gak merhatiin pas awaq ngajar. Eh ternyata pas udah dikasih soal penentuan Bilangan Kuantum, eh malah dia yang duluan selesai dibanding dengan teman-temannya. Dia hanya melihat contoh, mengingat-ingat kalimat yang sering saya ucapkan "spdf" dan soalpun selesai. Namun, sayangnya, menurut pengalaman yang pernah awaq temui, biasanya ketika diberi soal tanpa melihat catatan, dia akan kesulitan untuk mengerjakan soalnya. Cepat paham namun tidak bertahan lama, karena tidak menguasai konsep secara keseluruhan. Dan manusia itu bernama Fajar Kesuma Mustaqim. Haha

Kemudian, pas terakhir kali masuk kelas mereka, dan diberi kenang-kenangan berupa foto yang sudah mereka cetak dan dibingkai. Pas di depan kelas XII IPA1 salah satu perwakilan kelas itu sudah mengajak kami untuk masuk kelas mereka untuk perpisahan. (belum tahu bakal dikasih sesuatu). Namun, di sisi lain, kelas X MIA3 juga ngundang kami untuk masuk kelas mereka. (Ceritanya kami direbutin lah, wkwkwk). Sumpah gak nyangka bakal kek gini. Saya dan rekan sayapun bingung. Udah mau masuk kelas X MIA3, tiba-tiba Pak Purwanta datang, karena mungkin dari tadi dia melihat kenapa siswa di luar sementara saat itu adalah jam belajar. Bapak itu menyuruh masuk para siswa. Dan kami (red : mahasiswa PPL merasa bersalah dan gimana gitu, padahal sebelum Pak Purwanta datang, sudah kami suruh masuk, tapi ya gitu, .. hehe, kami kurang tegas.) Dan kamipun melipir dan tiba-tiba masuk lah ke X MIA 1. Dan pas masuk kelas itu, salah satu siswi ada yang nangis, bingung dong kami, ini anak kenapa nangis? Usut punya usut, ternyata gara-gara tadi, pas negosiasi dengan kelas X MIA3. Dan siswi itu namanya Khairunnisa. Mungkin dia bingung bagaimana lagi mendatangkan kami ke kelas mereka, sementara mereka sudah mempersiapkan sesuatu untuk kami. Thanks untuk semuanya. Keluarga besar F1.

X MIA 1, X MIA 3, X MIA 4, X MIA 2, terus jaga kekompakan. Kelas X lainnya juga, karena kalian generasi penerus citra baik MAN Lubuk Pakam. #Semangat

4 comments :