Para Perancang Mimpi di MAN Lubuk Pakam


Ada beberapa judul tulisan untuk menggambarkan kelas ini. Seperti, kelas para pemimpi, kelas para ilmuwan, kelas para perancang mimpi, kelas unggulan, dan kelas paling normal. Di antara pilihan itu, aku jatuhkan pilihan “Kelas Para Perancang Mimpi.”

Saya sangat terkesan dengan aktivitas belajar di kelas ini. Oh iya, dari dua kisah PPLT di MAN Lubuk Pakam, dua kelas itu (kelas X MIA 1 dan XII IPA 4)  bukan kelas yang diamanahkan pamong (guru pembimbing) kepada saya. Dan kelas yang akan saya ceitakan ini adalah kelas yang diamanahkan pamong. Artinya, saya dapat mengamati semua aktivitas di kelas ini. Sebab saya masuk setiap minggunya. Dan artinya, ini catatan pasti pakek panjang dan lebar. (Hahaha)
Perkenalan pertama ... 
Pada awal perkenalan agak kurang dapat moment. Entah saya yang lupa atau bagaimana, sepertinya perkenalan saya dengan kelas ini datar saja. Tidak ada yang unik, perkenalan seputar nama, asal, sharing tentang PTN dan sebagainya.
Satu bulan pertama, 
XII IPA 1, sebenarnya agak horor kalau masuk ke kelas yang ada angka satunya. (Haha). Takut siswanya lebih dewa ilmunya dan agak takut kalau banyak pertanyaan. (Hehe). Tapi sejauh pengalaman masuk kelas ini, kegiatan belajar berlangsung normal. Sebenarnya saya kurang bisa berkreatifitas di kelas ini. Sebab, 80% proses pembelajaran dipegang oleh pamong. Saya hanya melihat dan menyimak pamong mengajar. (Hitung-hitung belajar dan mengulang materi lagi). Paling kalau ada siswa yang kurang paham saat mengerjakan soal, disitulah tugas saya menjelaskan ulang dari satu meja ke meja lain. Secara keseluruhan saya enjoy!
Dua bulan kemudian, 
Ikatan emosional dengan kelas ini mulai terbangun. Lumayan sering berdiskusi dengan mereka. Dan akhirnya saya bisa menghapal nama siswa, bukan siswi ya. Hehe. Seperti yang saya katakan sebelumnya, wajah siswi itu hampir sama semua saya lihat. Di kelas yang rutin saya masuki, paling saya hanya hapal 7-10 nama saja. Tidak lebih.

Karena posisi saya dibelakang, memperhatikan dan menyimak pamong mengajar, saya mengamati beberapa siswa. Di kelas ini mengingatkan saya dengan teman-teman di MAN Binjai dulu. Saya amati kelas itu, komponen kelas ini sama seperti kelas saya di MAN Binjai dulu. (Ini gak ada maksud muji kelas sendiri loh ya. Hehe)

Agung, dia adalah siswa yang pintar pelajaran kimia. Anaknya baik dan sopan, sering jumpa sholat dhuha di mushola. Dari sekian banyak siswa yang saya amati prilakunya, dia salah satu siswa yang saya amati prilakunya di MAN Lubuk Pakam. Nah, bukan maksud memuji diri sendiri juga, memang karakter saya pas SMA dulu tidak lebih baik dari Agung. Tapi, posisi dia di kelas itu hampir sebelas dua belas dengan saya. Ya, setidaknya kami memiliki kesamaan, sama-sama diakui kepintaran pelajaran kimia oleh teman-teman sekelas. Kemudian, karakter kawan sebangku Si Agung sangat mirip juga dengan kawan pas SMA dulu. Kawan SMA dulu namanya M. Riansyah (Hai, Bang Yan. Haha). Kawan Si Agung namanya Si Hasbi.
Mau tahu apa kesamaannya? Kami sama-sama pasrah memberikan contekan ke mereka. Khususnya pelajaran kimia. Dulu pas saya SMA, ‘kan ujian Kimia. Nah, gurunya itu gak mau lihat siswanya saling contek, kalau ada yang ketahuan mencontek, maka langsung gagal ujiannya. Baik yang memberi maupun yang menerima. Menurut saya itu model pengawan ujian yang bagus. Maka saya pun menerapkan model itu sewaktu PPLT di MAN Lubuk Pakam.

Karna memang udah sohib, ya gak ngaruh juga sih sebenarnya itu aturan. Pas kami ujian dulu, beberapa kawan ketahuan saling lirik dan langsung digagalkan ujiannya. Bagaimana dengan kami? Kami sukses! Sebab kami tidak ada saling lirik, cukup komunikasi pakek kata, atau pakek geser kertas, sangat cantik pola permainan kami. Hehe. Begitulah masa saya SMA. (Jangan ditiru ya, sebab itu tak baik. Hehe)
Oke, kembali ke kelas XII IPA 1.
Masih dengan karakter Agung. Melihat siswa satu ini, kayaknya saya dihantui rasa sangat menyesal saat membandingkan karakter saya pas SMA dengan karakter Agung. Dia siswa yang menjaga sholat dhuhanya. Saya yakin dia sudah menikmati manisnya beribadah, nikmatnya menyembah Allah. Dia mampu menikmati itu pas SMA. Lah saya? Itu saya temukan di organisasi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Dan itu juga butuh waktu yang lama, di semester empat kayaknya saya menemukan itu. Walaupun kadang naik-turun rasa itu. The best lah untuk Agung. Semoga tetap istiqomah ya. Saya belajar banyak dari prilaku kamu.

Ada juga siswa yang membuat saya terkejut dan tertipu. Yaitu Ahmar, kemudian siswa yang duduk sebangku dengan Manto (Saya lupa namanya, Rizki atau siapa ya, sebut saja Mr. X ya? Duh, maap ya, hehe, padahal kamu yang paling bising kalau lagi ngobrol, gak pernah mau ngalah, haha.), Ilham, dan Faisal.

Ahmar, Faisal, dan Ilham, saya kira ini siswa pendiam, ternyata jago juga main futsal, wkwkwk. Tertipunya saya sama dengan tertipu terhadap karakter Wirdanu dan Bolqia.
Nah, untuk Mr. X saya salut juga, disamping kebisingan dan banyak cakapnya dan ketidakmauan kalah dalam perbincangan, ternyata dia rajin juga dhuha. Memang benar kata pepatah, jangan menilai sepenuhnya dari sampul buku. Banyak sekali kesan saat diskusi dengan siswa ini, mulai dari dia mau kuliah di luar negeri, dan kalau udah terpojok banyak kali ngelesnya, entahlah, payah bilang, hahah, tapi anak ini cocok jadi pengacara, cakapnya banyak dan pandai memainkan kata-kata. Mantap, asal lu gak gunain untuk yang jelek aja itu kelebihan. Contohnya berbohong. Hehe.

Ilham, dia siswa yang pintar dan enjoy. Orang genius biasanya kek gitu memang tingkahnya. Slow aja, dan tiba-tiba siap. Hehe. Menurut saya, dia siswa yang genius, terkesan saat dia mengerjakan ujian dengan tenang, mengerjakan soal tanpa melihat jawaban temannya. Saat ujian, kalau memang udah gak tahu, ya sudah, yang penting sudah berusaha maksimal. Keren. Pertahankan ya.

Itu beberapa karakter siswa yang saya ulas. Oh iya, di kelas ini saya juga pernah memainkan sebuah games, agak lucu memang kalau ngelihat muka orang kebingungan. (Hahaha). Games yang saya mainkan sebenarnya biasa saja dan mudah, tapi butuh nalar yang tinggi. Petunjuk gamesnya adalah kata kuncinya yang ketiga. Contoh, yang pertama hp, yang kedua facebook, maka siswa hanya menebak yang ketiga apa? Maka jawabannya yang ketiga status.
Kalau saya tuliskan semua moment di games itu, bisa memakan 10 lembar halaman (haha, lebay). Moment di games ini ada pada Aldo, dia siswa yang berhasil menjawab benar. Tapi sayangnya pada soal kedua, dia salah menjawab. Itu artinya, dia menjawab benar, tapi dia sendiri tidak tahu kenapa bisa benar (wkwkwk). Di games ini juga saya memperhatikan ekspresi Manto. Rupanya bisa juga ini anak nyimak. Serius pula itu nyimaknya. Haha. Padahal hanya seputar games biasa, tapi ternyata ini games membuat anak ini penasaran. Haha.
 ***
Dulu, kawan saya pernah cerita, masa SMP dia selalu rangking 1, 2, atau 3 secara bergantian. Tapi ketika SMA, entah kenapa, tembus ke 10 besar saja tidak pernah, dia juga mengakui, dia sudah agak malas belajar dan sulit memahami pelajaran. Nah, di kelas ini juga aku temukan siswa itu. Dia cerita, dulu pas SMP dia rajin belajar, pas SMA entah kenapa pikirannya ya serba elos aja, lewat aja. Dia aja bingung kenapa dia bisa kek gitu. Apalagi saya yang mendengarkan. (Wkwkwk)
Apa hikmah dari cerita dia? Hikmahnya, kita harus menjaga ucapan kita kepada teman sekitar. Bayangkan, saya masih ingat beberapa moment tentang obrolan saya dengan teman saya, padahal itu sudah 4 tahun yang lalu. Maka itu, setiap masuk kelas, kalau saya ada mendengar suara-suara sumbang, suara-suara yang mengatakan kata-kata aneh. Seperti, bodoh, bego, tolol, atau bahkan ada yang mengatakan nama hewan segala. Saya sering menekankan, hati-hati berbicara. Bisa jadi apa yang kamu ucapkan ke kawanmu bagi kamu biasa saja, tapi bagi kawanmu itu menyakitkan. Dan ucapanmu itu dia ingat sampai berpuluh-puluh tahun kemudian. Bisa jadi, di masa depan kamu sudah lupa pernah mengatakan kata itu, tapi kawan kamu itu masih mengingatnya. Bayangkan jika suatu saat kamu melamar pekerjaan ke tempat kawan kamu itu. Dulu pas SMA kamu pernah mengatakan dia bodoh, tolol dan segala macamnya. Saat kamu melamar ke perusahaannya, dan masuk proses wawancancara, saya khawatir dia mengingatkanmu dengan moment itu,
“Kamu yakin mau bekerja di tempat orang bodoh?” ujar kawan kamu itu.
(Duh, saya malah ceramah ini, wkwkwk.)
Kembali ke kelas XII IPA 1 
Kembali ke analisis judul. Kelas ini memang kelas para perancang mimpi. Mereka memiliki mimpi yang tinggi, mulai kuliah ke luar negeri, masuk angkatan, kuliah di PTK (Perguruan Tinggi Kedinasan). Dan kerennya, mereka mempersiapkan itu dengan belajar. Mereka rajin bahas-bahas soal SBMPTN, aktifitas yang tidak saya temukan di kelas lain. Mereka seakan sudah tahu resiko yang harus mereka hadapi saat berani bermimpi. Dan mereka juga sudah tahu bagaimana cara dan jalan yang ditempuh untuk meraih mimpi itu. Oleh sebab itulah aku menjuluki mereka sebagai para perancang mimpi.

Terbaiklah untuk kelas XII IPA 1. Bahkan sudah ada yang less TOEFL loh. Ngeri kan?
Agak panjang memang kesan di kelas ini. Kalau dikembangkan bisa jadi novel kayaknya. (Haha)
Ada satu siswa yang ingin saya ulas karakternya. Siswa ini dari covernya memang keliatan siswa yang bandal dan bising juga, banyak cakap pula. Tapi saat mendalami karakternya, dia memiliki sisi positif. Maka tak heran kalau salah satu guru di MAN Lubuk Pakam sangat sayang sama dia. Kalau saya sebenarnya agak jengkel dengan dia. Tapi saya pernah dapat moment, saat saya menceritakan kesan pesan di kelas XII IPA 1, saya diam-diam mengamati dia. Saat saya katakan, “kelas ini kelas yang sudah pandai mempersiapkan masa depannya. Sangat berbeda dengan kelas lain.”
Dan pada saat itu, saya lihat ekspresi siswa itu, dia sangat takjub. Sepertinya ada perasaan bangga pada dirinya. Kalau saya perhatikan, dia siswa yang kurang kasih sayang atau perhatian keluarga. Pesan saya, jika kamu membaca ini, bergaullah dengan teman yang baik, karena saya lihat, kamu tipe orang yang mudah mengikut, buka tipe orang yang diikuti.

Di kelas ini juga saya menemukan sosok siswa yang kayaknya udah pernah jumpa, berasa kawan dari masa lalu dan kayak udah sahabatan dari lama. Mungkin karena sikap dan postur tubuhnya mirip dengan sahabat saya pas di SMP. Nama sahabat saya itu M. Yasin. Dan siswa itu namanya Ikhlasul Iqbal.

Iqbal, dia master fisika, kata lingkungan sekitarnya. Walau awalnya saya ragu, tapi itu dia buktikan di Olimpiade di USU bidang fisika, dia peringkat 28 kalau tidak salah. Luar biasa kamu, Nak (Hahaha). Saat pelajaran kimia, dia tidak terlalu memperhatikan, tapi pas dikasih soal, dia bisa menjawabnya dengan mengintegrasikan contoh soal dengan tugas. Ada lagi moment pas ujian MID, pada soal redoks, kayaknya dia satu-satunya siswa yang bisa menjawab dengan tepat tanpa kerja sama. Saat siswa lain agak kebingungan dengan itu soal, hehe, karna sengaja soalnya distel ada jebakan-jebakannya. Oh iya, Bal. Pas kemarin itu, kan ada balas-balas komentar di postingan catatan untuk anak X MIA 1, cara kamu koment itu sama persis seperti saat kamu ngomong. Saya merasa kayak sedang ngobrol langsung. Iqbal ini kalau ngomong, logat dan pemilihan katanya unik. Saya sangat hapal dengan cara ngomong dia. Berkesan. Sama seperti Dandi siswa XII IPA 4.

Mungkin itu saja kesan saya dengan kelas kalian. Sebenarnya banyak sekali kesan di kelas XII IPA 1. Tapi gak mungkin saya buat Part 2 nya kan? Takutnya kalau diteruskan kebongkar pula sisi negatif kelas XII IPA 1 (Hahaha, ketawa jahat, becanda). Setiap kelas punya sisi positif dan negatif kok. (Sok bijak awaq ya, haha).
Udahlah, sampe sini aja, ini aja udah 4 halaman loh. Maaf kalau ada salah kata dalam pengetikan. Maaf kalau ada yang kurang berkenan membaca naskah ini. Hehe. Maaf kalau ada nama yang tidak tersebut di dalam tulisan ini. Bukan karna tidak ada kesan dengan saya, tetapi memang naluri mengatakan cukup sampai di sini saja. Hehe.
Untuk XII IPA 1, semangat terus belajarnya, saling bekerjasama dalam memahami materi, melangkah bersama untuk menuju impian. Tidak ada kelas yang paling terbaik yang saya masuki selain dari kelas XII IPA 1. Ini berdasarkan analisis pribadi ya, karna siswa-siswa di kelas ini in sya allah akan jadi orang-orang besar, mereka memiliki pemikiran yang maju dan perencanaan yang baik. Saya sangat salut dengan pola pikir mereka. Sebab, saya pernah berdiskusi dengan salah satu siswi, namanya Melisa. Kami berdiskusi di Bus Mebidang saat perjalanan saya pulang ke Binjai dan dia pulang ke rumah. Saya menggali pola pikirnya, dan itu sungguh luar biasa. Saya sangat mengapresiasi pola pikir dan perencanaan kalian. Kalau mau tahu apa yang kami diskusikan, tanyakan langsung ke orangnya ya. Saya sangat mengingat jelas akan gagasannya untuk kemajuan MAN Lubuk Pakam.
Kan, nambah lagi ceritanya. Makin panjang aja ini naskah. Hehe.
Sudah ya. Semoga ada kesempatan lagi bagi kita untuk berjumpa. Semoga kita sama-sama dimudahkan dalam urusan akademik. Dan kalian diterima di kampus yang kalian idamkan. Begitu juga dengan saya. Sebab kita sama-sama tingkat akhir. Yang mau kuliah ke Turki, ayok bareng-bareng. Saya bertekad melanjutkan studi ke Turki, in syaa allah.
Sekali lagi, maaf kalau ada kata, kalimat, atau paragraf yang kurang berkenan di hati. Sungguh, tidak ada maksud untuk menyakiti atau menyindir. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi saksi bahwa kita pernah menjalin interaksi sosial di MAN Lubuk Pakam. Salam untuk semua warga MAN Lubuk Pakam. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya yang direncakan oleh-Nya kelak, in syaa allah. Bangga mengenal kalian.

Oh iya, tolong sampaikan salam kangen saya untuk Bu Nining dan Bu Farida ya. Tiba-tiba teringat moment dengan semuanya pas menuliskan catatan ini. Moment bersama pamong dan guru-guru di MAN.

1 comment :